Proclamation of the Red Pontiff of Climax to the Nation.
The proclamation, signed and autographed, is for sale in the bookstores protected by the Empire: from the late-pagan one of the virgin Messalina to the more recent one of the God Park (where, among other things, one can find board games and the complete scripts of the most popular Television shows).
Comrades, companions, dominions, nothing like poverty, more than poverty, horrifies me. Because when I think of poverty, when I see poverty, I see (that is, my glance falls on) a heap of children, all skinny, all in a line, with flies in their eyes (poor kids) pretending to cry (because no liquid comes out) and looking at their mothers. Mothers with wrinkled breasts (that I would be embarrassed to show a doctor), which they try to squeeze, wringing them like rags. Poverty is uncomfortable, fellows, lets admit it without regrets. And were it not necessary, I myself would pledge to defeat it...
(Needless to say, during the attack against poverty the Pontiff was shedding tears of powerlessness. Scores of poor people dropped dead in front of the lenses - bothering the flies and forcing the camera operator to perform focal acrobatics. The film was black and white. The field of view went from the gray of the environment to the white of the bones, to the black of the mouths, wide-open and cavernous. The little ones were curious about everything. The mothers chewed fresh hay and regurgitated it into those throats as a stringy mash. After the crying, long sighs in the belly).
Proklamasi Bisop Merah Klimax kepada Negara
Proklamasi, tersebuh dan tertanda-tangan, untuk dijual di toko-toko buku yang dilindungi oleh kerajaan: dari yang memuja berhala dari "virgin Messalina" sampai yang terakhir dari "God Park" (dimana, antara lain, dapat ditemukan permainan-permainan dan skripsi-skripsi lengkap dari acara-acara televisi yang paling terkenal).
Teman-teman, sahabat-sahabat, dominion-dominion, tidak ada yang seperti kemiskinan, lebih dari kemiskinan, menakutkan aku. Sebab ketika aku memikir kemiskinan, ketika aku melihat kemiskinan, aku melihat (yaitu, sekejap mataku) setumpuk anak-anak, semuanya kurus, semuanya berbaris, dengan lalat-lalat di mata-mata mereka (anak-anak kasihan) pura-pura menangis (sebab tidak ada air mata yang keluar) dan memandang ibu-ibu mereka. Ibu-ibu dengan payudara-payudara yang berkerut-kerut (yang memalukanku untuk menunjukkan ke dokter), yang mereka coba untuk memeras, memulas seperti kain rompi. Kemiskinan tidaklah nyaman, kawan-kawan, marilah kita menerima kenyataan tersebut tanpa sesal. Dan tidaklah diperlukan, aku sendiri akan bersumpah untuk mengalahkannya...
(Tidaklah perlu dibicarakan, waktu menyerang kemiskinan si Bisop menitikkan air mata ketidak-berkuasaannya. Puluhan orang miskin jatuh meninggal di depan lensa-lensa - mengganggu lalat-lalat dan memaksa pemotret tersebut untuk mengendalikan titisan fokusnya. Filemnya hitam putih. Pemandangannya dari abu-abunya sekitarnya sampai putihnya tulang-belulang, sampai hitamnya mulut-mulut, terbuka lebar dan dalam. Yang kecil-kecil ingin tahu semuanya. Ibu-ibunya mengunyah rumput segar dan memberikannya kedalam leher-leher mereka sebagai campuran yang tipis sebenang. Sesudah tangisan, napas panjang di perutnya.)